A. JUDUL PERCOBAAN
Isolasi etil parametoksi sinamat dari kencur
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat memahami:
1.
Prinsip isolasi senyawa organik bahan alam fenilpropanoid.
2. Teknik isolasi dalam bahan alam
dengan cara perkolasi, pemisahan dan cara pemurniannya.
C. LANDASAN TEORI
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau seteleh
isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam
waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat sitrat)
atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi
(Hardjono, 1996: 210-211).
Karakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid
diambil kedalam larutan asam berair (umumnya asam hidroksida, sitrat atau
tartarat, dan komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan
dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid
diperoleh dengan ekstraksi kedalam pelarut yang sesuai (Hardjono, 1996: 214).
Bahan tanaman terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak,
lilin yang sangat non polar. Karena senyawa-senyawa tersebut sering menimbulkan
persoalan terbentuknya emulsi, maka senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari
bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara perkolasi bahan tanaman dengan
petroleum eter (Hardjono, 1996: 214).
Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam petroleum eter. Namaun demikian
ekstrak harus selalu dicek untuk menetahui adanya alkaloid dengan menggunakan
salah satu pereaksi pengendap alkaloid seperti disebutkan diatas. Bila sejumlah
alkaloid larut dalam petroleum eter, maka bahan tanaman pada awal ditambah
dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai garamnya. Prosedur ini telah
digunakan untuk mengekstrak ergotamin dari cendawan ergot, clanceps purpurea
(Hardjono, 1996: 214).
Bahan tanaman dapat diekstrak dengan air, dengan etanol, atau metanol,
dengan campuran alkohol berair, atau dengan larutan alkohol berair diasamkan.
Kebanyakan alkaloid yang terdapat dalam tanaman sebagai garam organik, dan
garam-garam tersebut lazim larut dalam etanol 95% (Hardjono, 1996: 214-215).
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa aromatik.
Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna
pada bunga-bungaan, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang, lapuk dan lumut
termasuk diantaranya zat warna alisarin (Sjamsul, 1986: 101).
Sebagian besar dari senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik,
yakni cincin aromatik yang hanya terdiri atom karbon, seperti benzen, naftalen
dan antrasen. Cincin karboaromatik ini lazimnya tersubstitusi oleh satu atau
lebih gugus lain yang ekivalen ditinjau dari segi biogenetik. Oleh karena itu,
senyawa bahan alam aromatik ini sering kali disebut senyawa-senyawa fenol
(Sjamsul, 1986: 101).
Pada prinsipnya, sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan
tetapi dari segi biogenetik senyawa ini pada dasarnya dapat dibedakan atas dua
jenis utama. Jenis pertama adalah senyawa fenol yang berasal dari asam shikrmat
atau jalur shikrmat. Jenis kedua ialah senyawa fenol yang berasal dari jalur
asetat malonat. Namun ditemukan pula senyawa-senyawa fenol yang berasal dari
kombinasi antara kedua jalur biosentisa ini, antara lain ialah senyawa-senyawa
flavonoid (Sjamsul, 1986: 101).
Salah satu kelompok senyawa fenol yang utama, yaitu berasal dari jalur
shikrmat, ialah fenilpropanoid. Senyawa fenol ini mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari cincin benzena (C6) yang terikat pada ujung
dari rantai karbon propan (C3).
Beberapa jenis senyawa yang termasuk fenil propanoid ialah tuntunan asam
sinama, turunan acilfenol, turunan profenil fenol, dan turunan kumarin
(Sjamsul, 1986: 102).
Senyawa fenil propanoid mempunyai kerangka struktur cincin benzena yang
terikat dengan tiga atom karbon (ph-C-C-C). Secara biosintetik maka golongan
fenil propanoid adalah turunan asam amino aromatik yaitu fenilalanin dan
fenilpropanoid. Beberapa fenil propanoid ada yang terikat dengan gula
(glukosida) sehingga yang tidak terikat gula disebut agcikon (Marham, 2010:
178).
Empat macam hidroksi sinamat dalam bentuk ester terdapat dihampir semua
tumbuhan dan sinamaldehid terdapat pada kulit kayu manis yang dapat dioksidasi
menjadi asam sinamaldehid serta esterifikasinya akan menghasilkan ester
sinamat. Kelompok hidroksi sinamatdiperoleh dengan cara hidrolisis asam
terhadap esternya. Berbagai fenil propanoid yang terikat dengan glukosida
seperti kafeoil klorida, rosmarinat, asam kafeil tartarat dapat ditelusuri
sendiri oleh mahasiswa. Belum ada laporan yang jelas tentang peranan fenil
propanoid pada tumbuhan (Marham, 2010: 180).
Tanaman kencur (kaempferia balanga, L) dikenal cukup luas dalam
masyarakat kita, karema manfaatnya yang sangat banyak. Disamping digunakan
untuk penyedap makanan, kencur banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional
yang khasiatnya dapat mengobati berbagai macam penyakit misalnya masuk angin,
radang lambung, batuk, nyeri perut, muntah-muntah, panas dalam dan lain-lain
(Tim Dosen, 2012: 30).
Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zat-zat
kimia yang telah banyak diteliti adalah pada rimpangnya yaitu asam metil parakumat,
sinamal asam sinamat, etil ester, parakumarat, sinoel, asam anisat, dan
lain-lain (Tim Dosen, 2012: 30).
Menurut Rosbina (2009), klasifikasi Galanga l, didalam dunia botani
adalah sebagai berikut:
Kerajaan : plantae
Divisi : spermaiophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Moncoty ledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Sub family : Zingiberai deae
Genus : Kaempferca
Spesies : Kaempferca Galanga L.
Salah satu senyawa etil ester yang terdapat dalam kencur adalah etil para
metoksi sinamat yang tergolong fenia paranoid. Biosintesis senyawa ini
mengikuti jalur sinamat dan digunakan sebagai anti fungi, analgesik dan
antipiretik. (Tim Dosen, 2012: 31).
Etil p-metoksinamat (Epms) adalah salah satu senyawa hasil isolasi
rimpang kencur (Kaempferia Galanga L.) yang termasuk bahan dasar senyawa tabir
surya yaitu pelindung kulit dari sengatan matahari. Epms termasuk golongan
senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat
nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar
sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai
variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana
(Asyharst, 2009: 1).
Epms merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion ataupun pada
bedak setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai dimana
etil dari ester ini diganti oleh oktil, etil heksil ataupun heptil melalui
transesterifikasi maupun esterifikasi bertahap. Modifikasi yang dilakukan
diharapkan mengurangi kepolaran Epms sehingga kelarutannya dalam air berkurang
yang merupakan salah satu syarat senyawa tabir surya, selain dari itu juga
untuk mengurangi tingkat bahaya terhadap kulit (Rosbina, 2009: 23).
Kelarutan suatu zat padat dan zat cair pada suatu pelarut akan meningkat
seiring dengan kenaikan suhu bila proses pelarutannya adalah endoterm,
sedangkan untuk proses pelarutan yang bersifat eksoterm pemanasan justru
menurunkan harga kelarutan zat. Fenomena yang kedua ini jarang dijumpai di alam
yang umum adalah proses pelarutan yang bersifat endoterm yaitu memerlukan
kalor. Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai dan menguap dengan
pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar senyawa yang
diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu, ekstraksi etil-p-mitoksi sinamat dari
kencur tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya (Asyharst,
2009: 1).
D. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a. Evarator 1 set
b. Labu isap 1 buah
c. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
d. Corong biasa 1 buah
e. Corong buchner 1 buah
f. Gelas kimia 800 ml 1 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Lap kasar dan lap halus 1 buah
i.
Gelas kimia 250 ml 1
buah
j.
Batang pengaduk 1
buah
k. Neraca analitik 1 buah
2. BAHAN
a. Kencur (Kaempferca Galanga L.)
b. Etanol (C2H5OH)
95%
c. Aquades (H2O)
d. Kertas saring Whatman
e. Kertas saring biasa
f. Aluminium foil
E. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 1 Kg kencur, dengan
membersihkannya.
2. Memotong kencur yang bersih
dengan ukuran kecil dan tipis.
3. Setelah dipotong, mengeringkan
kencur dengan cara mengangin-anginkan.
4. Setelah kering, kemudian
merendam kencur dengan Larutan etanol 95 % selama 24 jam.
5. Menyaring campuran agar
ampasnya tidak ikut dengan ekstrak.
6. Memisahkan pelarut dari ekstrak
(sampel) dengan proses evaporasi menggunakan evaporator pada suhu 70 – 800C.
7. Mendiamkan beberapa menit
ekstrak yang diperoleh sampai terbentuk kristal.
8. Setelah didiamkan, tidak
terbentuk kristal.
F. HASIL PENGAMATAN
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Menimbang kencur
Membersihkan kencur
Memotong kencur bersih dengan ukuran kecil
Mengeringkan kencur
Merendam kencur dengan etanol 95% selama 24 jam
Menyaring campuran
Mengevaporasi ekstrak kencur dengan evaporator
Mendiamkan beberapa menit
|
·
1 Kg kencur
·
Kencur bersih
·
Kencur dengan ukuran kecil
·
Kencur kering
·
Campuran berwarna kuning
·
Ekstrak kencur dan ampas
·
Larutan dengan endapan (gumpalan) berwarna kuning kehijauan
·
Terbentuk dua lapisan
-
Lapisan Atas: kuning keruh
-
Lapisan Bawah: endapan (gumpalan kuning) kehijauan dan tidak terbentuk
kristal
|
G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh etil parametoksi sinamat dari
kencur. Di dalam kencur juga terdapat minyak atsiri. Untuk memperoleh etil-parametoksi
sinamat dari kencur, hal pertama yang dilakukan yaitu kencur yang telah
dibersihkan kemudian dipotong dengan ukuran kecil dan tipis dengan tujuan untuk
mengurangi ketebalan bahan sehingga difusi atau penguapan air dapat cepat
terjadi. Kemudian kencur yang telah dipotong kecil dan tipis dikeringkan untuk
mengurangi kandungan airnya, agar etil parametoksi sinamat dapat larut dalam
pelarut etanol. Pada saat pengeringan, kencur tidak dikeringkan dibawah sinar
matahari karena terdapat zat dalam etil p-metoksi sinamat yang akan rusak atau
terurai dan menguap dengan pemanasan atau terkena sinar matahari sehingga
apabila hal ini terjadi akan berakibat dengan hasil yang diperoleh. Kemudian
setelah kering, kencur direndam dengan menggunakan larutan etanol. Pelarut
etanol digunakan karena etil p-metoksi sinamat termasuk dalam senyawa ester
yang mengandung cincin benzena dan juga gugus metoksi yang bersifat nonpolar
serta gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat polar sehingga dalam
ekstraksinya dapat menggunakan pelarut polar sebagaimana prinsip dari isolasi
yaitu proses pengambilan suatu zat dari bahan alam yang menggunakan pelarut
yang sesuai, dalam hal ini dilihat dari tingkat kepolarannya. Selain itu,
digunakan etanol juga karena etanol adalah pelarut yang mudah mendidih sehingga
mudah menguap serta mudah menarik zat yang terkandung dalam sampel yaitu etil
p-metoksi sinamat dari sampel (kencur). Karena mudah menguap sehingga
memudahkan pemisahan antara ekstrak dengan pelarutnya dalam hal ini etanol.
Proses perendaman yang dilakukan adalah prinsip kerja maserasi yaitu dengan
cara perendaman dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses perendaman
dilakukan selama 24 jam agar zat dari kencur tersebut dapat tertarik lebih
banyak oleh etanol sehingga ekstrak yang dihasilkan banyak pula. Proses
perendaman dapat dilakukan lebih dari 24 jam dengan setiap saat mengganti
pelarutnya denga pelarut yang sama karena semakin lama direndam maka semakin
banyak pula ekstrak yang akan diperoleh.
Kemudian setelah direndam, larutan hasil rendaman disaring yang bertujuan
untuk memisahkan ekstrak dengan ampasnya. Setelah itu ekstraknya disaring
kembali menggunakan corong buchner yang bertujuan agar proses penyaringan lebih
cepat dan pada corong buchner juga menggunakan kertas saring whatman yang
memiliki pori-pori lebih rapat dibandingkan dengan kertas saring biasa,
sehingga pada saat disaring ampas yang masih terdapat diekstrak tidak ikut
bercampur dengan ekstrak. Proses penyaringan berlangsung cepat karena corong
buchner juga dilengkapi dengan pompa vakum yang mengisap ekstrak pada saat
disaring. Setelah disaring, ekstraknya kemudian di evaporasi menggunakan
evaporator. Evaporasi bertujuan untuk menguatkan etanol agar diperoleh ekstrak
etil parametoksi sinamat. Pada saat proses evaporasi suhu harus benar-benar
dijaga, karena apabila suhu evaporasi dibawah 700C maka etanol tidak
akan menguap karena titik didih titik didihetanol sekitar 78,50C. Sedangkan
etil-para-metoksi sinamat, titik didihnya yaitu 790C sehingga
apabila dipanaskan dengan suhu diatas 800C etil parametoksi sinamat
akan ikut menguap bersama pelarutnya atau zatnya akan rusak karena
etil-parametoksi sinamat tidak tahan dengan pemanasan dengan suhu tinggi,
setelah dievaporasi, larutan tersebut didiamkan dalam gelas kimia selama
beberapa menit, sehingga terbentuk endapan berwarna kuning kehijauan dan warna
larutan yang diperoleh yaitu kuning keruh. Setelah beberapa menit, endapan
kemudian disaring dan diperoleh larutan berwarna kuning jernih dan endapan
kuing keruh. Endapan tersebut bukan etil parametoksi sinamat melainkan minyak
atsirinya bercampur ampas. Penyebab, tidak tidak terbentuknya kristal etil
parametoksi sinamat (Epms) dikarenakan adanya beberapa kesalahan pada saat
proses pelaksanaan praktikum. Hal pertama yaitu pada saat disaring masih
terdapat ampas didalam ekstrak terebut, dan hal yang kedua pada saat proses
evaporasi dimana suhunyatidak stabil, suhunya pada saat evaporasi 800C
sehingga dapat merusak senyawa yang akan terbentuk dan proses penguapan larutan
terlalu lama mendidih sehingga etil parametoksi sinamat ikut menguap. Jadi,
karena proses isolasi etil parametoksi sinamat tidak menghasilkan kristal maka titik
lelehnya pun tidak dapat ditentukan. Berdasarkan teori apabila dalam percobaan
ini diperoleh kristal maka karakteristik kristal etil parametoksi sinamat
berbentuk jarum-jarum, berwarna putih kekuningan dan mempunyai titik leleh 48-500C.







H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Prinsip isolasi senyawa organik
bahan alam fenipropanoid adalah dengan proses maserasi dengan menggunakan
pelarut yang mempunyai sifat kepolaran yang sama.
b. Teknik isolasi dalam bahan
dapat dilakukan dengan cara ekstraksi, pemisahan, pemurnian dimana ekstrak yang
masih kompleks dengan zat pengotor dipisahkan menjadi komponen individu dan
pemurnian dilakukan dengan cara kristalisasi.
2. Saran
a. Sebaiknya praktikan
memperhatikan suhu pada saat penguapan sehingga ekstrak yang diuapkan akan
memperoleh kristalnya.
b.
Sebaiknya proses penyaringan dilakukan dengan sempurna dan menggunakan
alat saring yang pori-porinya lebih rapat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arifin Sjamsul. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Asyharst. 2009. Isolasi
etil-p-metoksi sinamat dari kencur (kaemferia Galanga L.) dan sintesis asam
p-metoksi sinamat sintesis turunannya dan penetapan struktur. http:asyharstf08.wordpress.com/2009/12/11/isolasi-etil-para-metoksi-sianamat-dari-kencur/.Di
akses pada tanggal 21 november 2012.
Barus, Rosbina. 2009. Amidasi etil
p-metoksi sinamat yang diisolasi dari kencur (kaemferia Garanga, Linn). http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:573438/9/pengarang:%20Rosbina
Barus%20TRANS%20%20P%metoksisinamat%20didapat/. Di akses tanggal 20
November 2012.
Sastrohamidjojo, Hardono. 1996.
Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta:
UGM-Press.
Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tim Dosen Kimia Organik. 2012. Penuntun
Praktikum Kimia Organik II. Makassar: Kimia FMIPA UNM.
JAWABAN
PERTANYAAN
1.
Etil parametoksi sinamat digolongkan senyawa fenil propanoid karena
berdasarkan strukturnya, memiliki gugus benzena dan etil ester yang merupakan golongan
alkaloid yang diturunkan dari asam amino dan mengikuti jalur asam sinamat
dimana struktur fenil propanoid adalah sebagai berikut:






Dan struktur EPMS yaitu:







2.
Kencur
yang diisolasi harus dihaluskan agar senyawa EPMS yang terkandung dalam kencur memiliki
permukaan yang luas sehingga proses difusi semakin cepat, dan kencur harus
kering karena untuk menghilangkan atau mengurangi molekul air yang terkandung didalamnya.
3.
Suhu
destilasi harus dijaga sekitar 70-800C karena ketika suhu dibawah 700C
maka etanol tidak akan menguap karena titik didih etanol yaitu 78,50C,
dan ketika diatas 800C, zat yang terkandung dalam ekstrak akan rusak
atau ikut menguap.
0 komentar:
Posting Komentar