A. JUDUL
PERCOBAAN
Asam Amino dan
Protein
B. TUJUAN
PERCOBAAN
Mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Membuktikan
adanya ikatan peptida
2. Memahami
reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap macam – macam kandungan dari
protein
C. LANDASAN
TEORI
Protein
adalah suatu biomolekul besar yang terdapat disetiap organisme kehidupan, yang
jenisnya bermacam – macam dan mempunyai fungsi biologis yang berbeda – beda.
Keratin sebagai contoh, merupakan suatu protein yang ada pada kulit dan kuku,
sedangkan fibroin terdapat pada sutra dan sarang laba – laba. Enzim polimerase
DNA yang mengkatalis sintesis DNA dalam sel adalah protein.
(Franisal, 2004: 161).
Protein
ialah polimer alami yang terdiri atas sejumlah unit asam amino (amino acid)
yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (atau peptida). Jaring
laba-laba, bulu hewan dan otot, putih telur, dan hemoglobin (molekul yang
mengangkut oksigen dalam tubuh ke tempat yang memerlukan) ialah protein
(Hart, 2003: 519).
Meskipun
jenisnya banyak dan bentuknya berbeda – beda, berbagai protein mempunyai
struktur kimi yang mirip sebab tersusun dari sejumlah asam amino yang terikat
satu sama lain membentuk rantai panjang. Nama asam amino menunjukkan bahwa
senyawa ini memiliki dua gugus fungsi yaitu gugus karboksil yang bersifat asam,
dan gugus amino yang bersifat basa (Wahjudi, 2003: 121).
Asam
amino yang diperoleh dari hidrolisis protein ialah asam amino α. Artinya, gugus
amino berada pada karbon α. Dengan demikian, semua asam amino α kecuali glisin
bersifat aktif optis. Asam amino itu mempunyai kongfigurasi l relatif terhadap
gliseraldehid (Hart, 2003: 519).
Secara
umum, sifat – sifat fisika asam amino adalah sebagai berikut :
1. Pada
umumnya asam amino berupa kristal dan terdekomposisi pada suhu tinggi, dibandingkan
dengan amina dan asam karboksilat yang bersesuaian.
2. Tidak
larut dalam pelarut non polar, tetapi sangat larut dalam air.
3. Mempunyai
momen dipol yang tinggi
4. Mempunyai
sifat, baik asam dan basa
5. Mempunyai
struktur ion dipolar (zwitter ion) (Franisal, 2004: 162)
Menurut
Hidayat (2010), struktur asam amino α terdiri atas :
1. Atom
C α, disebut α karena berebelahan dengan gugus karboksil (asam).
2. Atom
H yang terikat pada aom C α
3. Gugus
karboksil yang terikat pada atom C α
4. Gugus
amino terikat pada atom C α
5. Gugus
R yang juga terikat pada atom C α
Asam
amino merupakan bahan pembentuk makhluk hidup sebab senyawa tersebut dapat
membentuk rantai panjang dengan membentuk ikatan peptida atau ikatan amida.
Suatu dipeptida akan terjadi bila suatu
ikatan amida terbentuk antara gugus –NH2 dari suatu asam
amino yang lain.
R R O R
R
– CH – COOH + H – N – C – COOH RH2N – CH – C – NH – CH – COOH
NH2
H
(Wahjudi,
2003 :121).
Umumnya
asam amino mempunyai satu gugus karboksilat dan satu gugus amino, namun ada
beberapa asam amino yang mempunyai dua gugus karboksilat (asam aspartat dan
asam glutamat) dan ada pulayang mempunyai dua gugus amino (glisina, arginina, dan
histidina) (Franisal, 2004: 162).
Ada
dua puluh jenis asam amino yang menjadi bahan penyusun semua protein dalam
tubuh manusia. Asam amino dalam larutan dengan pH netral hadir sebagai ion
dipol (dipolar ion), menandakan bahwa proton pada gugus karboksil telah pindah
ke gugus amino (Chang, 2009: 295).
Keduapuluh
asam amino umum tersebut selanjutnya dapat dikategorikan sebagai asam amino
netral, asam, maupun basa tergantung pada rantai cabangnya. Lima belas macam
asam amino bersifat netral, dua macam (asam aspartat dan asam glutamat)
bersifat asam dan tiga macam bersifat basa (Wahjudi, 2003: 125).
Semua
asam amino diperlukan untuk sintesis protein, tetapi tubuh manusia hanya dapat
mensintesis 10 asam amino sedangkan sisanya disebut asam amino esensial sebab
harus ada dalam diet. Jika makanan tidak mengandung 10 asam amino yang tak
dapat oleh tubuh akan mengalami penyakit defisiensi yang serius
(Wahjudi, 2003: 125).
Asam
amino bertautan dalam peptida dan protein lewat ikatan amida diantara gugus
karboksil dari suatu asam amino dan gugus amino α dari asam amino lainnya. Emil
Fisher, yang pertama kali mengajukan struktur ini, menyebut ikatan amida ini
sebagai ikatan peptida. Suatu molekul yang mengandung hanya dua asam amino yang
bertautan dengan cara ini ialah suatu peptida :
O R’ aa ujung - C
R – CH – C – NH – CH – CO2 –
+NH3 ikatan
peptida
aa ujung -N
aa1 aa2
Berdasarkan konvensi, ikatan peptida
ditulis dengan asam amino yang mempunyai gugus +NH3 bebas
disebelah kiri dan asam amino dengan
gugus CO2- bebas di sebelah kanan. Asam amino ini
masing - masing dinamakan asam amino ujung –N dan asam amino ujung –C ( Hart,
2003: 530 ).
Analisis
protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitaif terdiri atas
; reaksi Xanthoproteat, reaksi Hopkins-cule, reaksi Millon, reaksi
Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode
Kjeldahl, metode titrasi Formol, metode Lawry, metode Spektrofotometri Visible
( Biuret ), dan metode Spektrofotometri UV ( Laurina, 2008 ).
Peptida
dan protein terdiri atas asam amino yang bertautan lewat ikatan amida, material
ini dapat dihidrolisis menghasilkan komponen asam aminonya, hidrolisis ini
umumnya dilakukan dengan memanaskan peptida atau protein dengan HCl 6 M pada
suhu 1100C selama 24 jam.
Analisis terhadap campuran asam amino yang dihasilkan memerlukan prosedur yang
memisahkan asam amino satu dengan lainnya, mengidentifikasi setiap asam amino
yang ada dan menetapkan kadarnya
( Hart, 2003: 534 ).
D. ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi besar 6 buah dan kecil 6 buah
b. Alat refluks
c. Corong
d. Gelas ukur 10 ml dan 25 ml
e. Pipet tetes
f. Klem kayu
g. Batang Pengaduk
h. Spatula
i.
Penangas air
j.
Statif dan klem
k. Pembakar spiritus
l.
Botol semprot
m. Lap
halus dan lap kasar
n.
Gelas kimia 100ml dan 500 ml
2. Bahan
a.
Glisin
(HCN (NH2) COOH
b.
Asam aspertat (HOOCCH2CH(NH2)COOH)
c.
L-Tirosin (HO- - CH2CH(NH2)COOH
d.
Aquades (H2O)
e.
Larutan natrium hidroksida (NaOH) 10%
f.
Larutan asam klorida (HCl) 10% dan 20%
g.
Larutan Natrium Nitrit (NaNO2)
5%
h.
Urea (CO(NH2)2)
i.
Kertas lakmus merah
j.
Kasein
k.
Air es
l.
Korek api
m. Kertas
saring larutan tembaga (II) Sulfat (CuSO4)
n.
Asam Nitrat pekat (HNO3)
E. PROSEDUR
KERJA
1. Kelarutan
dan sifat amfoterik
a. 1). Memasukkan glisin ke dalam tabung reaksi
2). Menambahkan
2 mL air suling ke dalam tabung reaksi
3). Menguji
keasaman larutan yang dihasilkan dengan kertas lakmus
4). Mengulangi
percobaan dengan asam L – aspartat dan L – tirosin
b. 1). Menambahkan
1 mL larutan NaOH 10% kepada suspensi 0,1 gram L-tirosin didalam 2 mL air dan
mencatat hasilnya.
2).
Memasukkan sepotong kertas lakmus ke dalam
larutan tersebut dan menambahkan setetes demi setetes sehingga larutan mula
bersifat asam
3).
Mengaduk selama 1 menit kemudian
mengamati dan mencatat hasilnya.
4).
Menambahkan 10 tetes lagi larutan asam,
kemudian mengamati.
c. 1).
Memasukkan 0,1 g kasein ke dalam tabung reaksi
2).
Menambahkan 5 mL air suling dan 2 mL
larutan NaOH 10%
3).
Menutup tabung reaksi dan menggoncangkan
sampai diperoleh larutan koloid
2. Reaksi dengan asam nitrit
a.
1). Memasukkan 0,1g glisin ke
dalam tabung reaksi
2)
Menambahkan 5 mL larutan HCl 10%
3)
Kedalam tabung reaksi yang lain,
memasukkan 5 mL larutan HCl 10% sebagai pembanding
4)
Mendinginkan kedua tabung reaksi sampai
suhu 00C didalam air es
5)
Menambahkan beberapa tetes larutan NaNO2
5% ke dalam masing – masing tabung reaksi.
6)
Mencatat hasilnya.
b.
1)
Mereaksikan larutan kasein yang sudah disiapkan dengan 3 tetes larutan
NaNO2 5%
2)
Mencatat hasilnya
3. Uji
Biuret
a. 1) Memasukkan 0,5 g urea ke dalam tabung reaksi
2)
Memanaskan perlahan – perlahan sampai
urea meleleh dan terbentuk uap gas
3)
Mencatat bau gas yang diuji dengan
kertas lakmus merah basah pada mulut tabung reaksi
4)
Melanjutkan pemanasan sampai pembentukan
uap gas berhenti dan sisanya mulai padat.
5)
Mendinginkan dan melarutkan dengan air
panas
6)
Menyaring larutan dan menambahkan kapada
filtrat 3 tetes NaOH 10% kemudian 3 tetes CuSO4 2%
7)
Mengaduk larutan dan mengamati warnanya
8)
Melarutkan 0,5 g urea dalam 3 mL air
sebagai pembanding
9)
Menambahkan 3 tetes NaOH 10 %
10)
Menambahkan 3 tetes larutan CuSO4
2% kemudian membandingkan hasil dengan pengamatan sebelumnya.
b. 1)
Memasukkan 2 mL air suling ke dalam 2 mL larutan kasein yang teah disediakan
pda percobaan 1.c
2)
Menambahkan 2 tetes lautan CuSO4
2%, kemudian mengaduk dan mengamati warnanya.
4. Uji
Xanthoproteat
a. Menempatkan
0,1 g kasein dalam tabung reaksi
b. Menambahkan
dengan 2 mL HNO3
c. Memanaskan
larutan campuran
d. Mengamati
warna yang terjadi
e. Mendinginkan
larutan campuran reaksi
f. Menambahkan
larutan NaOH 10% sampai larutan bersifat netral, kemudian menambahkan NaOH
berlebih.
g. Mencatat
jika terjadi perubahan warna pada larutan.
5. Hidrolisis
Protein
a. Menyusun
peralatan untuk merefluks dengan labu 100 mL
b. Memasukkan
0,5 g kasein kedalam labu
c. Menambahkan
20 mL larutan HCl 20%
d. Kemudian
merefluks selama 45 menit
e. Mendinginkan
campuran reaksi pada suhu kamar
f. Mendinginkan
sebagian hasil hidrolisis dalm air es
g. Setelah
dingin menambahkan beberapa tetes NaOH 10% dan 2 tetes CuSO4 5%
h. Terhadap
bagian lainnya, menambahkanbeberapa tetes NaOH 10% dan 2 tetes CuSO4
5%
i.
Membandingkan hasilnya dengan yang didinginkan.
F. HASIL
PENGAMATAN
1. Kelarutan
dan sifat amfoterik
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
a. - melakukan
Kristal glisin dalam 2 ml air
- Memasukkan
kertas lakmus merah
b. - Melarutkan
asam L-aspartat dalam 2 mL air
- Memasukkan
kertas lakmus merah
c. – melarutkan
L- tirosin dalam 2 mL air
- Memasukkan
kertas lakmus merah
d.- Melarutkan 0,1 g L-tirosin
dalam 2 mL H2O
- Menambahkan 1
mL NaOH
- Memasukkan
kertas lakmus merah
- Menambahkan
larutan HCl pekat
e. – melarutkan
0,1 g kasein dalm 5 mL H2O
- Menambahkan 2
mL NaOH 10 %
|
-
Sangat mudah larut, larutan bening
-
Kertas lakmus tetap berwarna merah (asam)
-
Mudah larut, larutan bening
-
Kertas lakmus tetap brwarna merah (asam)
-
Sukar larut, larutan bening
-
Kertas lakmus berubah menjadi biru (basa)
-
Larutan bening
-
Larutan bening keruh
-
Kertas lakumus berubah menjadi merah (asam),
larutan bening
-
Larutan bening
-
Larutan bening
-
Larutan bening berbuih
|
2. Reaksi
dengan asam nitrit
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
|
·
Melarutkan 0,1 g glisin dengan 5 mL HCl 10 %
·
Menambahkan 3 tetes NaNO2 5%
Sebagai
pembanding
·
Mereaksikan 5 mL HCl 10 % dengan 3 tetes NaNO2
·
Mereaksikan kasein dengan 3 tetes NaNO2
5%
|
·
Larutan bening
·
Larutan bening , terdapat banyak gelembung gas.
·
Larutan bening dan tidak terdapat gelembung gas
·
Larutan agak keruh dan tidak ada gelembbung gas
|
3. Uji Biuret
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
·
Memanaskan 0,5g urea
·
Menguji gas dengan kertas lakmus merah
·
Memanaskan kembali urea yang telah meleleh
·
Mendinginkan dan melarutkan dengan air panas
·
Menyaring larutan
·
Menambahkan 3 tetes NaOH 10%
·
Menambahkan 3 tetes CuSO4 2%
Pembanding
·
Melarutkan 0,5 g urea dalam air
·
Menambahkan 3 tetes NaOH 10 %
·
Menambahkan 3 tetes CuSO4 2%
·
Mereaksikan 2 mL kasein dengan 2 mL H2O
·
Menambahkan 2 tetes CuSO4
|
·
Bau tengik, urea meleleh dan terbentuk uap gas
·
Lakmus tetap berwarna merah (asam)
·
Terbentuk padatan putih
·
Endapan putih dan larutan bening
·
Filtrate bening
·
Larutan bening
·
Endapan ungu
·
Larutan bening
·
Larutan bening
·
Endapan biru
·
Larutan bening
·
Endapan biru larutan ungu
|
4. Uji
Xanthoproteat
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
·
Mereaksikan 0,1 g kasein dengan 2 mL HNO3(p)
·
Memanaskan larutan campuran
·
Mendinginkan larutan campuran
·
Menambahkan NaOH 10% sampai larutan bersifat
netral
·
Menambahkan NaOH 10% berlebih
|
·
Kuning padat dan sedikit air
·
Lapisan atas : buih kuning
Lapisan
bawah : jingga bening
·
Buihnya hillang dan larutan berwarna jingga
·
Dinding tabung tersa panas dan terdapat endapan
kuning.
·
Larutan merah bata bening.
|
5. HidrolisisProtein
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Mereaksikn
0,5 g kasein dengan 20 mL HCl 20%
Merefluks
larutan selama 45 menit
Mendinginkan
5 ml kasein hidrolisis dan mereaksikannya dengan 3 tetes NaOH 10%
Mereaksikan
dengan 3 tetes CuSO4 2%
Mereaksikan
sisa hasil hidrolisis dengan 3 tetes NaOH 10%
Menambahkan
dengan 3 tetes CuSO4 2%
|
Larutan
bening
Larutan
coklat
Larutan
coklat
Larutan
tidak berwarna ungu
Larutan
coklat
Larutan
tidak berwarna ungu
|
G. PEMBAHASAN
1. Kelarutan dan sifat
amfoterik
Percobaan
ini menggunakan tiga jenis asam amino yaitu glisin, L-aspartat, L- tirosin. Selain
itu menggunakan salah satu protein yaitu kasein. Ke-empat bahan uji ditambahkan
dengan aquades. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan sifat
amfoterik dari asam amino. Hasil yang diperoleh pada glisin yaitu larutan
bening dan sangat mudah larut dalam air. Hal ini dikarenakan karena glisin
merupakan asam amino yang paling sederhana sehingga glisin mudah menyesuaikan
dengan berbagai situasi. Pada glisin juga kebebasan gugus aminanya lebih besar
dibandingkan dengan karboksil, maka kedua gugus gugus amin dan karboksil di
dlama asam amino akan saling bereaksi menghasilkan ion zwitter. Oleh karena itu
struktur dipolar ini maka glisin sangat
mudah larut di dalam air ( Sulilawati, 2011).
Setelah
mengamati perubahan yang terjadi pada glisin , selanjutnya menguji pH-nya,
menggunakan kertas lakmus merah hasil yang diperoleh yaitu kertas lakmus tetap
berwarna merah yang berarti tetap bersifat asam. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa glisin bersifat netral. Adapun persamaan reaksinya
yaitu :
NH2 NH3+
H – CH –
COOH +
H2O H2O H -
CH - COO-
Glisin
(Wahyudi,2003:125).
Hasil yang
diperoleh pada asam aspartat yaitu larutan bening dan agak larut dalam air
karena memiliki atom C yang lebih banyak dibandingkan dengan glisin sehingga
lebih kurang larut dibandingkan dengan glisin. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa semakin banyak atom karbon pada gugus R (rantai samping) maka asam amino
semakin sukar larut dalam air (tim dosen kimia organik, 2012 :18). Kemudian
menguji pHnya menggunakan kertas lakmus
merah, hasil yang diperoleh yaitu kertas lakmus merah tetap merah, ini berarti
asam aspartat bersifat asam. Hal ini sesuai dengan teori bahwa asam aspartat
memiliki dua gugus karboksil dan satu gugus amin , dimana asam aspartat berada
dalam bentuk dipolar yang mempunyai pH 2,87 (Hart. 2003:526). Adapun persamaan
reaksinya yaitu:
HOOC –
CH2 – CH – COOH + H2O -OOC
– CH2 – CH – COO- + H3O+
NH2
NH3+
Asam aspartat
Hasil yang diperoleh pada L – tirosin yaitu larutan bening dan
sangat sukar larut dalam air. Hal ini dikarenakan pada struktur L-tirosin,
gugus R-nya adalah gugus aromatik yang menyebabkan struktur dan ikatannya
sangat stabil dengan adanya resonansi sehingga sukar larut dalam air. Hal ini
sesuai dengan teori, bahwa apabila gugus R terdiri dari banyaknya karbon atau
bersifat aromatik maka asam aminonya sukar larut (Tim Dosen Kimia Organik, 2012:
18). Kemudian menguji pH-nya menggunakan kertas lakmus merah, dan hasilnya
kertas lakmus tetap berwarna merah, jadi bersifat asam. Hal ini tidak seseuai
dengan teori bahwa L-tirosin bersifat netral (Franisal, 2004: 162).
Adapun reaksi yang
terjadi yaitu:
HO-
-CH2 – CH – COOH + H2O HO- -CH2 – CH – COO-
NH2 NH3+
Tirosin
Adapun kesalahan dalam
pengujian pH disebabkan karena pada saat melakukan pengujian pH hingga
menggunakan kertas lakmus merah sebagai indikator, sehingga kemungkinan hasil
yang diperoleh yaitu bersifat asam dan basa, seharusnya selain menggunakan
kertas lakmus merah juga harus menggunakan kertas lakmus biru agar hasil yang
diperoeh sesuai dengan teori.
Kegiatan kedua yaitu
menguji sifat amfoterik menggunakan L-tirosin dan kasein. L-tirosin ditambahkan
dengan air suling dan NaOH 10% menghasilkan larutan bening. NaOH berfungsi
untuk memberi suasana basa pada larutan, kemudian menguji pH-nya dengan kertas
lakmus merah, dan hasilnya yaitu kertas lakmus menjadi warna biru, yang berarti
larutan bersifat basa, kemudian menambahkan dengan HCl yang berfungsi untuk
memberikan suasana asam pada larutan, dan menguji pH-nya, dan hasilnya yaitu
kertas lakmus merah tetap berwarna merah yang berarti larutan bersifat asam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa L-tirosin bersifat amfoter karena dapat bereaksi
dengan larutan asam dan larutan basa. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa asam amino bersifat amfoterik yang artinya berperilaku sebagai
asam dan mendonasi proton pada basa kuat. Atau dapat pula berperilaku sebagai
basa dan menerima proton dari asam kuat (Hart, 2003: 523 ).
Reaksi yang terjadi
yaitu:
HO-
- CH2 – CH – COOH + NaOH
HO- - CH2 – CH – COONa + H2O
NH2 NH2
(reaksi
dengan NaOH)
HO-
- CH2 – CH – COOH + HCl
HO- - CH2 – CH – COONa + Cl-
NH2 NH3+
(reaksi
dengan HCl)
Kegiatan
ketiga yaitu menggunakan kasein yang dilarutkan dalam air diperoleh larutan
bening dan endapan putih kemudian menambahkan larutan NaOH yang berfungsi untuk
memberikan suasana basa. Kasein tidak larut dalam air karena merupakan suatu
protein politirosin dengan atom karbon yang panjang yang mempunyai gugus
benzena dengan kestabilan yang tinggi seingga sukar larut dalam air. Adapun
persamaan reaksinya yaitu:
2.
Reaksi dengan asam nitrit
Tujuan
percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya gugus amina bebas pada asam amino
dan protein yang ditandai dengan terbentuknya gas N2. Pada kegiatan
ini digunakan glisin dan kasein.
Kegiatan
pertama yaitu mereaksikan glisin dengan HCl 10% menghasilkan larutan bening,
kemudian menambahkan larutan NaNO2 menghasilkan larutan bening dan
terdapat gelembung gas N2 yang banyak. Penambahan HCl yang bertujuan
memberikan suasana asam yang akan bereaksi dengan NaNO2 membentuk
HNO2. Adanya gelembung gas N2 ini disebabkan karena gugus
amina yang ada pada glisin dapat bereaksi dengan asam nitrit, adapun reaksinya
:
HCl + NaNO2 HNO3 + NaCl
H – CH – COOH + HNO2 H – CH – COOH + H2O
+ N2
NH2 OH gelembung
Sebagai
pembanding HCl direaksikan dengan NaNO2 tanpa menggunakan kristal
glisin dan diperoleh larutan bening dan tidak terdapat gelembung gas. Hal ini
dikarenakan tidak adanya gugus amina bebas pada HCl, karena HCl tidak termasuk
asam amino. Adapun reaksinya yaitu
HCl + NaNO2 HNO2 + NaCl
Pada kegiatan ketiga,
mereaksikan larutan kasein dengan NaNO2 menghasilkan larutan putih
keruh dan tidak terdapat gelembung gas. Hal ini membuktikan bahwa kasein tidak
bereaksi dengan asam nitrit karena gugus amina pada asam amino yang
menyususnnya membentuk ikatan peptida. Adapun reaksinya yaitu :
O O O O
H2N
– CH – C – NH – CH – C – OH
H2N
– CH – C – NH – CH – C – ONa
CH2 CH2
CH2 CH2
OH OH OH OH
3.
Uji Biuret
Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada protein yang ditandai dengan
terbentuknya larutan berwarna ungu. Pada percobaan ini, kegiatan pertama
menggunakan urea yang kemudian uapnya diuji dengan kertas lakmus merah tetap
berwarna merah yang berarti bersifat asam. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
bahwa semua amina bersifat sebagai basa lemah (Muhaedah, 2009: 191).
Kemudian melanjutkan
pemanasan sampai terbentuk padatan urea yaitu padatan putih. Kemudian di
larutkan dengan air panas untuk melarutkan padatan urea dan menghasilkan
larutan bening, kemudian disaring diperoleh larutan bening yang kemudian ditambahkan NaOH yang berfungsi
memberikan suasana basa pada larutan agar dapat terjadi perubahan warna dan
mencegah adanya endapan Cu(OH)2 yang akan memecah ikatan peptida
pada saat ditambahkan CuSO4. Reaksi pada saat urea dipanaskan yaitu:
O O O O
H2N
– C – NH2 + H2N –
C – NH2 H2N – C – NH – C – NH2 +
NH3+
Selanjutnya menambahkan
larutan CuSO4 menghasilkan larutan berwarna ungu yang menandakan
adanya iktan peptida. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tujuan dari biuret
yaitu untuk menunjukkan adanya ikatan peptida pada protein dengan cara
menambahkan CuSO4 bereaksi baik dengn larutan berwarna ungu atau
merah muda (Budi Raarjo, 2008: 294).
Reaksinya
yaitu:
Adapun kesalahan pada
pengujian pH pada uap gas NH3 yaitu disebabkan karena pemanasan yang
belum sempurna, sehingga gas yang terbentuk belum sempurna pada saat pengujian
pH, sehingga pHnya belum bersifat basa.
Sebagai pembanding,
melarutkan urea dengan air kemudian menambahkan dengan NaOH menghasilkan larutan
bening dan menambahkan CuSO4 yang menghasilkan endapan biru yang menandakan
bahwa tidak terdapat ikatan peptida. Hal ini disebabkan karena pada percobaan
ini urea tidak dipanaskan sehingga tidak terbentuk biuret yag dapat memberikan
warna ungu pada biuret yang dapat memberikan warna ungu pada ujji biuret.
Adapun reaksinya yaitu:
O
H2N
– C – NH2 + CuSO4 + 2NaOH H2N – C – NH2 +
Cu(OH)2 + Na2SO4
O
Kegiatan selanjutnya, larutan
kasein yang direaksikan dengan CuSO4 menghasilkan larutan berwarna ungu
dan terdapat endapan biru. Hal ini menandakan terdapat ikatan peptida, karena
larutan kasein yang digunakan adalah larutan yang telah dicampurkan dengan NaOH
pada percobaan sebelumnya dan kasein juga merupakan protein yang tersusun dari
beberapa asam amino yang membentuk ikatan peptida sehinga meskipun tidak
dipanaskan akan tetap berwarna ungu. Reaksinya
yaitu:
yaitu:
4. Uji Xanthoproteat
Pengujian
ini digunakan untuk mengetahui adanya gugus benzena pada protein. Hasil positif
pengujian ini ditandai dengan larutan berwarna jingga yang merupakan cincin
aromatik yang telah mengalami nitrasi menjadi benzena. Pada percobaan ini
menggunakan kasein yang ditambahkan HNO3 menghasilkan larutan
berwarna kuning kemudian dipanaskan menghasilkan dua lapisan, lapisan atas
berbuih kuning dan lapisan bawah berwarna jingga. Kemudian didinginkan,
selanjutnya menambahkan NaOH yang berfungsi untuk menetralkan dan selanjutnya
menambahkan NaOH berlebih sampai bersifat basa, karena dalam bersifat basa
reaksi xanthoproteat akan semakin jelas. Pada saat ditambahkan NaOH berlebih
larutan berwarna jingga. Hal ini menandakan terjadi nitrasi pada cincin benzena
yang terdapat pada kasein. Hal ini sesuai dengan teori bahwa bila protein
ditambahkan asam nitrat kemudian dipanaskan maka akan terbentuk larutan berwarna
jingga (Budi Rahardjo, 2008: 294).
Adapun reaksinya yaitu :
5. Hidrolisis
protein
Hidrolisis protein
adalah penguraian protein menjadi monomer- menomernya. Pada percobaan ini menggunakan
kasein yang ditambahkan dengan HCl pekat kemudian direfluks yang bertujuan
untuk memutuskan ikatan peptida sehingga terurai menjadi asam – asam aminonya.
Hasil refluks diperoleh berwarna coklat, yang kemudian dibagi dua. Bagian
pertama didinginkan pada suhu ruangan dan bagian kedua didinginkan didalam air
es, kemudian masing – masing bagian ditambahkan NaOH dan CuSO4 hasil
yang diperoleh dari kedua bagian yaitu menghasilkan larutan berwarna coklat.
Hal ini menunjukkan hasil negatif terhadap uji biuret dan menandakan kasein
telah terhidrolisis menjadi asam – asam aminonya. Sebab hidrolisis menyebabkan
putusnya ikatan peptida yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna
menjadi ungu dan tidak adanya ikatan peptida pada saat ditambahkan NaOH dan
CuSO4 yaitu
H.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
a. Adanya
ikatan peptida yang terdapat pada
protein dapatdibuktikan dengan cara uji biuret yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna menjadi ungu.
b. Uji xanthoproteat
menunjukkan adanya gugus benzena pada protein dan asam amino yang ditandai dengan
larutan berwarna jingga sedangkan uji biuret menunjukkan adanya ikatan peptide
pada protein yang ditandai dengan larutan berwarna ungu.
c. Asam amino
mudah larutdalam air apabila tidak memiliki gugus R yang panjang dan bersifat
aromatik dan asam amino bersifat amfoter, yang dapat bereaksi dengan basa dan asam.
2.
Saran
a. Praktikan sebaiknya mengetahui sifat dan struktur
asam amino yang dapat digunakan.
b. Praktikan sebaiknya
lebih teliti dalam penggunaan bahan, seperti kertas lakmus, yang akan mempengaruhi
hasil yang diperoleh apabila pemakaian berkali-kali padalarutan yang berbeda.
JAWABAN PERTANYAAN
1. a.
Rumus molekul dari glisin yaitu C2H5O2N
H2N-CH-COOH
|
H
b.
Rumus molekul dari asam aspartate yaitu C4H7O4N
H2N-CH-COOH
|
CH2
|
COOH
c.
Rumus molekul dari tirosin yaitu
H2N
– CH – COOH
CH2
OH
Glisin memiliki
struktur dipolar dimana kedua gugus amin dan karboksil akan saling berinteraksi
menghasilkan ion zwitter sehingga larutannya dalam air hampir netral.
Asam aspartat memiliki
gugus R yang terdiri dari banyak atom karbon dan memiliki gugus karboksil yang
lain sehingga larutannya bersifat asam
Tirosin merupakan asam
amino yang memiliki stuktur dipolar dimana kedua gugus amin dan karboksil
saling berinteraksi menghasilkan ion zwitter sehingga larutannyadalam air
hampir netral
2.
Persamaan reaksi yang dapat menjelaskan
apa yang terjadi apa bila larutan perlahan-lahan diasamkan yaitu :
COONa COOH
H2N C
H + HCl H2N
C
H + NaCl
CH2 CH2
OH OH
3. Perbedaan
sifat kasein dengan hasil hidrolisisnya terhadap asam nitrit dan terhadap uji
biuret yaitu kasein yang direaksikan dengan HNO2 menghasilkan gas N2
karena adanya amino bebas dan kasein terhadap uji biuret memberikan
reaksi yang positif yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi ungu
yang membuktikan adanya ikatan peptida, sedangkan hasil hidrolisis kasein
memberikan hasil yang negatif terhadap uji biuret, hal ini menandakan bahwa
kasein telah terhidrolisis menjadi asam-asam aminonya, sehingga tidak memiliki
ikatan peptida.
DAFTAR
PUSTAKA
Chang,
Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dina,
Laurina. 2008. Anaisis Protein. http://www.wordpress.com.//2008/02/11/reaksi-analisis-protein/.
Diakses pada tanggal 7 Novembe 2012
Franisal,
Nur.2004. Kimia Organik Menuju Olimpiade Kimia. Depok : PT.Bina
Sumber Daya Mipa.
Hart,
Harold. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga
Hidayat,
Hernandhy.2011. Asam Amino Komponen
Penyusun Protein. http.//www.wordpress.com/asam-amino-komponen-penyusun–protein/.
Diakses pada tanggal 7 November 2012
0 komentar:
Posting Komentar