A. JUDUL
PERCOBAAN
Ekstraksi
kafein
B. TUJUAN
PERCOBAAN
Adapun
tujuan dari percobaan ini untuk mengenal ekstraksi kontinyu berdasarkan
perantaraan panas.
C. LANDASAN
TEORI
Teh
merupakan minuman yang paling sering kita minum sehari-hari. Senyawa-senyawa
yarng terkandung di dalam teh adalah kafein. Kefein merupakan zat penikmat yang
terdaat dalam tumbuh-tumbuhan baik itu terdapat dalam biji-bijian maupun daun.
Kafein juga berbahaya bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi berlebih karena
dapat mengakibatkan keracunan, gelisah , sensitif tremor. Kafei merupakan zat
racun maka dari itu, melalui pemisahan yang disebut ekatraksi kita dapat
memperoleh crude kafei dari daun teh ( Sandiantono, 2008).
Eksraksi
adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian suatu zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Sering kali campuran baha padat dan
cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan
metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja
karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat fisiknya terlalu kecil,
atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu,
seringkali ekstraksi adalah satu-satunyaproses yang dapat digunakan atau yang
paling ekonomi. Sebagai contoh pembuatan (essense) untuk bau-bauan dalam
pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi
atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari, adalah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggnakan air panas dan biji kopi yang telah
dibakar atau digiling ( Rahayu, 2008).
Alkaloid
adalah satu golongan srnyawa yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luasdalam berbagai jenis tumbuhan.
Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa, dan da;am sebagian besarnya atom atom nitrogen ini merupakan
bagian dari cincin heterosiklik. Batsan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di
atas perlu digunakan secara hati-hati, karena banya senyawa heterosiklik
nitogen lain, yang ditemukan di alam bukan termausk golongan alkaloid. Misalnya
senyawa-senyawa pirimidin, pteridin dan asam nukleat yang tidak perna
dinyatakan sebelumnya sebagai alkaloid (Achmad, 1986 : 47).
Banyak
senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom nitrogen basa dan karena itu
dapat diekstrak dari bahan alam tumbuhan itu dengan asam encer. Senyawa ini
disebut alkaloid yang artinya: “mirip alkali”. Setelah ekstraksi, alkaloid
bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.
Ekstraksi :
R3N : + HCl H2O R3NH+Cl-
Reagenesasi :
R3NH+Cl- + OH R3N : + H2O
+ Cl-
N
CH3
N
Nikotin
(Fessenden,
1982: 269).
Kebanyakan alkaloid yang telah
diisolasi berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Sdikiy alkaloid yang terbentuk amorf dan
beberapa seperti nikotin (20) dan koniin (21) berupa cairan. Kebnaykan alkaloid
tidak bewarna tetapi beberapa senyawa
yang kompleks, spesies aromatik berwarna. Pada umunya basa bebas alkaloid hanya
larut dalam pelarut organik, meakipun beberapa pseado dan protoloalkoloid larut
dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid kuartener sangat larut dalam air.
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan pasangan elektron dari nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan
dengan nitrogen melepaskan elektron, sebgai contoh gugus alkil maka
ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa (
Sastrohamidjojo, 1996 :208-2090.
Kafei
merupakan salah satu senyawa turunan xantin yang banyak terdapat dalam teh,
kopi dan coklat, mempunyai rumus C8H10O2N4
(Tim Dosen, 2012 : 15).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Soxlet
dan peralatannya
1 buah
b. Corong
buchner 1
buah
c. Gelas
kimia 100 ml, 250 ml, dan 500 ml. 1 buah
d. Gelas
ukur 25 ml 3
buah
e. Cawan
porselin 3 buah
f. Batang
pengaduk 3 buah
g. Neraca
elektronik 1
buah
h. Corong
pisah 1
buah
i. Pembakar
spiritus 2
buah
j. Kaki
tiga dan kasa asbes 2
buah
k. Pipet
tetes 4
buah
l. Penangas
air 1
buah
m. Corong
biasa 2
buah
n. Statif
dan klem 1
buah
o. Klem
kayu 2 buah
p. Termometer
1 buah
q. Lap
kasar dan lap halus 1 buah
r. Korek
api 1 buah
2.
Bahan
a. Teh
b. Etanol
(C2H5OH)
c. Aquades
d. Magnesium
oksida (MgO)
e. Asam
sulfat encer (H2SO4)
f. Kloroform
(CHCl3)
g. Aluminium
foil
h. Kertas
whatman
i. Batu
didih
j. Kertas
saring biasa
D. PROSEDUR KERJA
a. Menimbang
40 gram teh kemudian membungkusnya dengan kertas saring biasa.
b. Memasukkan
teh kedalam sokhlet kemudian disirkulasi dengan etanol sebanyak 3 kali.
c. Memanaskan
diatas penangas air dengan 11 kali sirkulasi.
d. Memindahkan
larutan / hasil ekstraksi kedalam gelas kimia 1000 ml dan menambahkan suspensi
35 gram MgO dalam 150 ml air.
e. Menguapkan
campuran tersebut diatas penangas air atau menggunakan pembakar spiritus sampai
kering atau dalam bentuk powder.
f. Mengekstraksi
powder yang tinggal dengan air panas 250 ml, kemudian menyedot panas-panas
dengan corong buchner.
g. Mengulangi
percobaan f dengan air panas 125 ml sebanyak 2 kali.
h. Mengumpulkan
larutan biner jadi satu setelah menambahkan 25 ml H2SO4 encer.
i. Menguapkan
lagi sehingga tinggal 1/3 volume semula (menyaring bila ada endapan).
j. Mengekstraksi
dalam corong pisah dan kemudian menambahkan 15 ml kloroform sebanyak 5 kali.
k. Menguapkan
larutan sampai pekat.
l. Mendiamkan
larutan sampai terbentuk kristal.
m. Kristal
yang diperoleh , ditimbang beratnya.
n. Menguji
titik leleh kristal yang diperoleh.
F.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Aktivitas
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
|
Menimbang teh
Membungkus teh dengan kertas
saring
Memasukkan bungkusan ke dalam
sokhlet
Menambahkan etanol ke dalam
sokhlet
Memanaskan diatas penangas air
Menambahkan suspensi dari 17 g
MgO + 100 ml air
Menguapkan campuran sampai kering
Menambahkan 250 ml air panas
Menyaring dalam keadaan panas
dengan menambahkan 150 ml air panas sebanyak 3 kali
Filtrat ditambahkan dengan 25 ml
H2SO4
Menguapkan campuran
Mengekstraksi dalam corong pisah
dengan menambahkan 15 ml kloroform sebanyak 5 kali
Menguapkan larutran sampai pekat
Mendiamkan larutan sampai
terbentuk kristal
Menimbang kristal
Menguji titik leleh kristal
|
40 gram
Teh berada dalam bungkusan
Teh berada dalam sokhlet
Sebanyak 3 kali sirkulasi awal
Sirkulasi dilakukan sebanyak 11
kali
Larutan coklat pekat
Serbuk halus kafein
Campuran berwarna coklat pekat
Filtrat : berwarna coklat
Residu : endapan
Campuran berwarna coklat
Sampai 1/3 dari volume semula
Lapisan atas : coklat
Lapisan bawah : bening
Lapisan atas : coklat pekat
Lapisan bawah ; kuning
Lapisan atas : tidak membentuk
kristal
Lapisan bawah : membentuk kristal
Kristal 0,0877 gram
227-228oC
|
G. ANALITIS
DATA
Diketahui
: berat sampel (teh) = 40 g
Berat kristal kafein = 0,0877 g
Ditanyakan
: konsentrasi kafein dalam sampel teh (%)....?
Penyelesaian
:
% Kafein =
=
= 0,22%
H. PEMBAHASAN
Percobaan
ini, bertujuan untu mengekstraksi kafein dari senyawa dengan menggunakan sampel
yaitu teh. Ekstrasi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu ekstraksi padat
cair yang bertujuan untuk mengekstraksi zat padat menggunakan zat cair. Prinsip
ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi kontinyu melalui perantaraan panas.
Ekstraksi ini merupakan merupakan metode pemishan zat dari campurannya dan
menggunakan pelarut yang sama digunakan secara berulang-ulang.
Pada
percobaan ini, teh dibungkus dengan kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam
soklet. Pada proses ekstraksi pelarut yang digunakan adalah etanol karena
etanol memilki sifat kepolaran yang sama, yaitu keduanya bersifat polar dan
bila ditinjau dari titik didih etanol yang rendah sehigga etanol lebih mudah
menguap. Karena prinsip kerja dari ekstraksi yaitu menggunakan pelarut yang
siatnya sesuai dengna zat yang akan diekstraksi, sehingga etanol dan kafein
bisa saling melarutkan. Etanol juga bisa mengaktifkan asam nukleat, sehingga
keberadaan kafein tetap terjaga dalam ekstrak sehingga nantinya akan diperoleh
kafein yang lebih banyak. Sebelum melakukan ekstraksi, terlebih dahulu
ditambahkan batu didih agar pada ssat pemanasan tidak terjadi letupan-letupan
pada labu bundar.
Pada
percobaan ini digunakan cara sokletasi untuk melakukan ekstraksi karena
sokletasi mempunyai kelebihan diantaranya waktu untuk mengekstraksi lebih cepat,
ekstraksinya lebih sempurna karena digunakan penyaringan secara kontinyu,
dibutuhkan pelarut yang sedikit, serta senyawa yang disaring lebih banyak.
Prinsip dari sokletasi adalah perendaman bahan yang diakstraksi melalui
pengaliran ulang larutan perklorat secara kontinyu sehingga bahan yang
diekstraksi melalui aliran bahan pelarut melintasi bahan yang akan diekstraksi
secara kontinyu.
Pada
percobaan ini dilakukan 12 kali sirkulasi yang bertujuan agar kafein yang
diperoleh nantinya betul-betul terpisah dari sampel campuran. Sehingga pada
sirkulasi ini diperoleh ekstrak kafein yang berwarna coklat. Ekstraksi kafein
yang diperoleh ditambahkan suspensi MgO daam air. Fugsi dari MgO yaitu untuk
mengikat kafein serta zat-zat dalam campuran, agar ketika diupkan kafein tidak
ikut menguap dengan etanol. Setelah itu
larutan diuapkan hingga terbentuk powder. Penguapan dilakukan untuk
menghilangkan sisa air dalam etanol. Selanjutnya powder yang diperoleh ditambahkan
denga air panas karena kelarutan kafein dalam air mendidih cukup besar selain
itu, air panas berfungsi untuk mengikat air yang masih terikat dalam MgO,
karena air panas mempuyai daya tumbukan. Selanjutnya larutan disaring dengan
corong buchner untuk memperoleh filtrat yang bebas dari zat pengotor.
Selanjutnya larutan disatukan dan ditambahka dengan H2SO4. Penambahan
H2SO4 encer didasarkan pada kafeinyang mengandung
alkaloid yang merupakan basa organik, sehingga cara pengambilan kafein yang
maksimal maka digunakan H2SO4 karena pHnya dapat stabil dengan H2SO4
. sehingga akan dapat terpisah zat yang dibutuhan yaitu kafein dan akan pula
melepaskan zat-zat pengotornya.
Kemudia
larutan dikisatkan sampai diperoleh volume larutan 1/3 dari volume semula.
Tujuan pengisatan yaitu agar zat-zay dan air yng tercampur dengna kafein dapat
menguap, larutan hasil pengamatan ini berwarna coklat. Larutan ini kemudian
dipisahkan dengan coronh pisah dengan menambahkan kloroform sebanyak 5 kali
dalam corong pisah. Penggunaan kloroform adalah sebagai pengikat kafein dalam
larutan. Selanjutnya dilakukan pengocokan, namu harus dilakukan sevara
perlahan-lahan karena pengocokan terlalu kuat akan menyebabkan terjadinya
emulsi pada ekstrak. Adanya emulsi akan menyebabkan proses pemisahan yang
kurang sempurna. Setelah dikocok larutan didinginkan hingga terbentuk dua
lapisan yaitu lapisan atas merupkan larutan air sedangkan lapisan bawa
kloroform. Hal ini disebabkan karena kloroform memiliki densitas atau massa
jenis dari air. Selanjutnya, larutan dipisahkan. Larutan ini dikristalisasi dan
diperoleh kristal berbentuk jarum dan berwarna putih. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa kristal kafein berwarna puti dan berbentuk
jarum-jarum. Adapun titik leleh praktek kristal kafein yang diperoleh yaitu
227-228,5oC. Sedangkan menurut teori titik leleh kafein yaitu
227-228 oC, perbedaan yang tidak terlalu besar menandakan bahawa
kristal yang diperoleh adalah kafein. Adapun selisih yang diperoleh disebabkan
karena masih terdapatnya pengotor dalam kafein, artinya kafein yang diperoleh
belum. Pada percobaa ini diperoleh berta kristal yaitu 0,877 g.
Kadar
teh yang diperoleh yaitu 0,22%. Hal ini sangat jauh dari teori, dimana kafein
dalam teh yaitu 4-5%. Hasil yang diperoleh disebabkan karena teh yang digunakan
merupakan teh perusahan atau pabri yang telah mengalami beberapa tahap
pengolahan sehingga mengurangi kadar kafei dalam teh. Selain itu, proses keja
pada percobaan ini kurang optimal membuat kafein yang diperoleh hanya sedikit.
I. KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kafein
dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi kontinyu dengan perantaraan
panas pada teh.
2. Saran
Praktikan
harus teliti dalam proses ekstraksi menggunakan corong pisah, agar hasil yang
diperoleh lebih maksimal. Serta memahami teori dan prosedur kerja agar tidak
terjadi kesalahan saat praktikum berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad,
Sjamsul Arifin. 1986. Kimia Organik Bahan
Alam. Jakarta : Erlangga
Fessenden
dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga
Tanggal 05 Desember 2012
Pada tanggal 05 Desember 2012
Sastrohamigjojo,
Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam.
Yogyakarta : UGM
Tim
Dosen Kimia Organik. 2012. Penuntun
Praktikum Kimia Organik II. Makassr : FMIPA UNM
JAWABAN PERTANYAAN
1. Struktur
kafein
2. Etanol
digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi kafein karena etanol memiliki sifat
yang sama dengan kafein (bersifat polar), karena prinsip kerja dari ekstraksi
yaitu menggunakan pelarut yang sifatnya sesuai dengan zat yang akan diekstraksi,
sehingga etanol dan kafein bias saling melarutkan. Selain itu etanol bias
melarutkan dua kali lipat lebih banyak sehingga ekstrak kafein bias lebih
banyak, dan etanol juga memiliki titik didih yang lebih rendah dibanding dengan
air sehingga lebih mudah menguap.
3. Titik
leleh kafein dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian senyawa kafein karena
kemurnian suatu zat ditentukan oleh titik leleh yang tajam. Selain itu dengan
titik leleh kita dapat mengetahui apakah zat yang diperoleh tersebut
benar-benar kafein atau bukan.
0 komentar:
Posting Komentar